Interview Mangaka Gintama,Sorachi Hideaki [bagian 2]

http://japanesestation.com/wp-content/uploads/2013/05/gorilla-baby-name-mangaka-gintama1.jpg



post kali ini adalah lanjutan kemarin, Yaitu Interview Sorachi hideaki Bagian 2. Untuk yang belum baca yang pertama(no 1-15) klik disini

16. Sorachi-sensei, pasti cerita yang Anda baca sudah tak terhitung jumlahnya. Cerita mana yang mebuat Anda menangis?
Ketika saya masih kecil, saya akan bangun di pagi hari dan melihat ayah menonton film ‘The Champ’. Siapa yang menonton film seperti itu pagi-pagi coba? Memangnya perut akan bisa menahan rasa mual? Ayah juga suka menonton acara seperti ‘Otoko wa Tsurai yo’ atau ‘Shine’, jadi saya juga terpaksa harus ikut menontonnya saat sarapan sebelum berangkat ke sekolah. Saya ingin sekali bilang kalau ‘jadi anggota keluarga kami itu sulit, ok?’ Tetapi film yang paling sering ayah tonton adalah ‘A Distant Cry from Spring’ yang dibintangi oleh Takakura Ken. Sudah cukup. Berapa kali kau harus memutar film itu lagi dan lagi, ayah sialan. Rasanya saya ingin sekali meneriakan hal itu pada ayah tiap pagi saat sarapan. Akan tetapi selalu saja ketika filmnya sampai pada adegan dimana Ken-san diborgol dan Hajime Hana bermonolog, saya pasti akan berpikir kalau sebuah film yang bagus akan tetap bagus berapa kalipun kita menontonnya. (tertawa)
Setiap pagi, saya pasti menonton film ini dan kemudian pergi ke sekolah. Saya merasa canggung setiap pagi. Saya selalu merasa canggung* . Aspek inilah dari film itu yang selalu membuat saya menangis.
*”karena saya orang yang canggung” (bukiyou desukara) adalah quote terkenal dari Takakura Ken.

17. Cerita apa yang menurut Anda cerita romance yang cocok untuk laki-laki?
Saya sangat suka historical fiction (fiksi sejarah) jadi pilihan saya adalah ‘Ryouma ga Yuku’. Laki-laki harus seperti itu.

18. Kenapa Gintama mempunyai banyak scenes jorok tapi tetap tidak terkesan ofensif? (tertawa) Apa yang menjadi pertimbangan Anda ketika menentukan materi mana yang menurut Anda berbahaya dan mana yang dapat diterima pembaca?
Anak-anak muda zaman sekarang suka hal-hal seperti poop (kotoran), shit (tahi), dan semacamnya jadi saya yakin mereka bisa menerimanya dan saya berusaha keras untuk memberikan yang mereka sukai. Tapi mungkin sebenarnya, orang yang suka hal2 semacam itu cuma saya.

19. Banyak sekali event-event yang terjadi sekarang dan quotes orang-orang terkenal yang dipakai di Gintama walaupun nantinya bisa jadi ketinggalan zaman. Bagaimana sebenarnya cara Anda merencanakan tiap chapternya?
Setiap kali saya menyelesaikan cerita, saya selalu kehabisan plot untuk cerita berikutnya. Jadi, saya sering mencoba menonton berita tentang hal apa yang sedang populer sekarang ini. Bisa dibilang, saya mendapatkan inspirasi dari membaca/menonton gosip. Saya tidak pernah ambil pusing soal berita ini sudah basi atau masih hangat. Saya kan memang tidak bermaksud untuk menciptakan karya sastra klasik yang abadi (tertawa). Saya juga tidak pernah memikirkan untuk mencoba membuat pembaca tertawa setiap kali mereka membaca manga saya, atau berapa kalipun mereka membacanya. Saya sudah cukup merasa puas jika mereka tertawa ketika pertama kali mereka membacanya.

20. Tidak ada jurus-jurus special di Gintama, tapi mungkin ‘kata-kata’ bisa dibilang sebagai jurus khas yang ada di Gintama. Semua ucapan yang dikatakan oleh Gin-san banyak disukai. Sebenarnya apa pertimbangan Anda ketika menciptakan kata-kata tersebut?
Sejujurnya tidak sulit untuk menulis kalimat-kalimat kunci seperti itu. Ceritanya sudah mengarah kesitu, jadi semuanya seolah sudah teratur dan tidak ada pilihan lagi. Untuk saya, kalimat-kalimat kunci tersebut sebenarnya tidak terlalu penting, tetapi menjadi hal yang paling saya pikirkan matang-matang ketika saya menggambar. Jika bukan karena kalimat2 tersebut yang menciptakan mood dan atmosfir cerita, saya tidak akan bisa melanjutkan cerita itu atau merasa bersemangat untuk mengerjakannya dan hasilnya kalimat2 kunci tersebut malah akan terdengar terpaksa (tertawa). Menetukan atmosfir dari cerita dan memikirkan kata-kata yang menarik untuk mendukungnya adalah bagian tersulit.

21. Mau tidak mau kita harus menyinggung 8-grade-syndrome/sindrom kelas delapan (chuunibyou) jika membicarakan tentang Gintama. Anak seperti apakah Anda ketika masih duduk di kelas 8?
Saya seorang anak yang kurang pede, selalu khawatir dengan apa yang orang lain pikirkan tentang saya, dan tidak berani untuk melakukan sesuatu. Jika rambut saya tidak terbelah di tengah-tengah sepanjang 1 cm, rasanya seperti saya berada dalam bahaya; 1 cm itu terasa seperti 10 m. Dan sulit bagi saya ketika kami sekeluarga pergi keluar untuk makan malam. Saya menjaga jarak 20 m dari mereka dan selalu merasa cemas jika ada teman sekelas yang melihat saya. Saya merasa akan mati walaupun sebenarnya tidak ada alasan mengapa saya harus mati (tertawa). Ketika kami tiba di restoran Victoria, ayah akan selalu menjilat mangkoknya sampai bersih seperti seorang idiot. Saya selalu protes, “Kenapa Ayah melakukan hal yang memalukan itu?! Aku akan mati kalau teman sekelasku melihatnya!” (tertawa) Saya masih mencoba untuk maklum ketika ayah menjilati mangkok ketiganya, tapi saya tidak tahan lagi ketika dia mulai ke mangkok keempatnya, jadi saya tendang dia, dan dia malah menendang balik saya tiga kali lebih keras (tertawa). Saya tendang lagi lima kali lebih keras, Ayah menendang saya kembali delapan kali lebih keras. Kami terus saling tendang sampai akhirnya ibu menghentikan kami. Meja kami jadi satu-satunya meja yang berderit di restoran Victoria itu.

22. Apa yang membuat Anda ingin menjadi mangaka?
Banyak alasan. Tapi alasan yang paling utama adalah ‘Castle in the Sky’. Saya selalu merasa kalau saya terus mengejar kastil yang ada di langit (tertawa).
23. Manga seperti apa yang Anda baca untuk menciptakan manga seperti Gintama? Diantara sekian banyak manga yang Anda sukai, yang mana yang paling berpengaruh?
Manga favorit saya yang pertama adalah Wanpakku Comics. Majalah ini memuat banyak serial manga yang didasarkan dari game-game Famicom (tertawa), dan saya berlangganan sampai majalah ini berhenti beredar. Setelah itu saya membaca GeGeGe no Kitarou, Saint seiya, dan Dragon Ball. Saya tidak terlalu pilih-pilih setelah itu. Tapi saya rasa variety show, siaran radio tengah malam, dan historical fiction lebih mempengaruhi saya dibandingkan dengan manga. Ayah saya menonton film-film bertemakan sejarah, ibu saya menonton film-film detektif, kakak perempuan saya menonton dorama. Gabungan itu semua lah yang mempengaruhi saya. Jadi tidak ada aturan baku di manga saya ini.

24. Dapatkah Anda menceritakan perjuangan berat Anda sebelum diserialisasikannya Gintama?
Saya ingat membuat satu cerita dan mengirimkannya ke Jump ketika masih kuliah dulu, tapi ternyata karya saya itu langsung jadi makanan mesin penghancur kertas. Saya memutuskan untuk tidak menyerah dan mencoba lagi sebelum saya mulai bekerja, makanya saya menjadi seorang NEET setelah lulus kuliah. (tertawa) Saya mengubah ketidakmampuan saya untuk berbaur dengan orang-orang di sekitar saya menjadi sebuah motivasi untuk menggambar manga, tapi sebenarnya itu cuma alasan untuk lari dari kenyataan. Saya berpikir kalau saya tidak harus menghadapi kenyataan jika saya memikirkan untuk menggambar manga sepanjang hari (tertawa). Dan hasilnya manga tersebut ternyata menang penghargaan.
Setelah itu proses pembuatan sketsa serialisasi saya ketika saya berada di kampung halaman. Karena saya sering berkeliling daerah sekitar rumah tanpa tujuan dari pagi, para tetangga menyangka saya adalah seorang yang aneh (tertawa). Pertanyaan-pertanyaan seperti, “Apa sih yang dilakukan si bocah Sorachi itu setelah dia lulus?” atau “Dari mana sebenarnya asalnya laki-laki aneh ini?” seperti anak panah yang menusuk kaki saya. Jadi seperti yang sudah-sudah, saya fokuskan semua pendapat dan pikiran negatif tersebut ke dalam usaha saya menciptakan manga sampai akhirnya diserialisasikan.
Tapi sejujurnya, perjuangan saya tidak seberat yang dibayangkan. Saya cukup beruntung. Saya dapat mengubah pemikiran negatif itu menjadi kekuatan.

25. Tolong beritahu ‘jiwa-jiwa’ yang ada di Jump tentang apa yang harus mereka perhatikan dalam serialisasi manga mingguan?
Jangan terlambat menyerahkan manuskrip kalian. Walaupun saya sendiri juga sering terlambat (tertawa).

26. Sorachi-sensei, Anda lahir di tahun 1979, jadi bisa dibilang Anda adalah bagian dari ‘generasi yang hilang’. Apakah Anda merasa seperti itu? Lebih jauh lagi, apakah Anda merasa menggambar Gintama di zaman sekarang ini merupakan suatu keharusan bagi Anda?
Ini dia. Tiba-tiba saja muncul pertanyaan yang khas majalah Quick Japan (tertawa). Um, kalau membicarakan tentang generasi yang hilang, bisa jadi panjang lebar jadi lebih baik tidak usah kita bicarakan. Waktu satu jam akan ‘hilang’. Tapi bukan berarti karena saya tidak paham soal ini.
Untuk pertanyaan soal keharusan menggambar Gintama di zaman sekarang ini, jika para pembaca memang menganggapnya sebagai sesuatu hal yang penting, maka ya memang harus. Jika tidak ya tidak (tertawa). Banyak sekali informasi-informasi dan nilai-nilai dalam masyarakat sekarang, jadi ada sedikit overlap dengan dunia Gintama. Jika orang-orang yang merasa lelah/jenuh di dunia sekarang ini bisa mendapat sedikit energi ketika mereka membaca Gintama, saya akan sangat bahagia. Walaupun sebenarnya tidak ada hubungannya (tertawa). Saya melempar umpan kepada anak-anak sekolah menengah yang suka dengan poop dan semacamnya, jadi jika mereka bisa bersemangat karena itu, maka masyarakat pun akan bangkit dengan semangat mereka.
Bahasan ini sudah cukup panjang jadi sebaiknya kita simpan saja pembicaraan tentang generasi yang hilang untuk nanti. Tapi bukan berarti karena saya tidak paham soal ini.

27. Bagaimana tanggapan Anda mengenai pendapat yang menyatakan, ‘Semua cerita itu sudah pernah diceritakan jadi tidak akan ada lagi hal baru yang bisa ditambahkan.’?
Ini pertanyaan yang sulit untuk seseorang yang kerjaannya mengacaukan atau mengejek karya orang lain (tertawa). Saya belum bisa disebut sebagai pencipta, tapi menurut saya semua cerita itu memang hanya pengulangan. Bahkan saya sendiri suka menggunakan kembali cerita yang sudah ditulis jika sedang kehabisan materi. “Oh, sepertinya saya sudah menggambar ini sebelumnya?” (tertawa) Sejujurnya, saya tidak punya tujuan yang terlalu muluk seperti harus mencoba sesuatu yang baru yang belum saya pernah lihat sebelumnya. Istilah ‘hal paling baru’ memang terdengar hebat, tetapi mewarisi cerita lama dan menginterpretasi ulang karya-karya klasik dari nenek moyang kita juga sangatlah indah. Ketika kita menciptakan sesuatu, pasti akan selalu dipengaruhi oleh hal-hal yang pernah kita lihat sebelumnya. Itu tidak bisa dipungkiri karena tidak ada satu orang pun yang memulai di atas kertas yang benar-benar kosong. Pada akhirnya, tidak peduli jika karyamu baru atau lama, tidak akan ada yang tahu, dan tidak penting.
Yang paling penting adalah apakah kamu sudah berusaha keras, berjuang menghadapi kesulitan dan rintangan untuk mencapai hasil yang manis. Biarkanlah semua yang terjadi sesuai dengan yang seharusnya. Selama kamu berjuang dengan keras, berusaha sekuat tenaga, banting tulang sampai darah keluar dari pantatmu, dan jika kamu beruntung, maka pasti kamu akan bisa menelurkan telur perak yang belum pernah kamu lihat sebelumnya (tertawa).

28. Apa pendapat Anda mengenai perkataan ‘dingin itu norak’, ‘panas itu dingin’?
Itu bagus-bagus saja untuk saya. Atau mungkin saya seharusnya bilang jelek (tertawa). Itu hanya istilah untuk menghina hal yang klise. Tapi semakin sering kamu mengatakannya, akan semakin klise jadinya. Jadi kita hanya berputar-putar saja di situ-situ juga. “Orang yang bilang ‘dingin itu norak’ adalah orang norak”.
Intinya adalah, apapun yang kamu lakukan, pasti akan selalu ada pihak minoritas. Ini sebuah lingkaran yang tak ada ujungnya. Jika terus dibahas, kata ‘dingin’ dan ‘norak’ lama kelamaan akan mempunyai makna yang sama.

29. Anime Gintama sudah memasuki tahun keempatnya, dan ternyata ada beberapa episode original yang dibuat. Sebagai pencipta Gintama, bagaimana pendapat Anda?
Wah, saya selalu merasa bahwa saya sangat beruntung karena karya saya ditangani oleh staff yang sangat hebat (tertawa). Saya selalu bercermin ke diri saya sendiri untuk memastikan agar saya menciptakan sesuatu yang sama bagusnya dengan anime.

30. Terakhir, pesan Anda untuk semuanya yang belum pernah membaca Gintama?
Kepada para pembaca Quick Japan yang terhormat, salam kenal. Nama saya Hideaki Sorachi, pencipta manga Gintama di majalah mingguan Shounen Jump. Memang memalukan untuk mengakuinya, tapi tidak apa.
Saya selalu merasa bahwa Quick Japan adalah sebuah majalah yang diciptakan oleh berandalan yang memakai kaca mata terbalik; sebuah majalah yang trendi, hipster, dan keren. Jadi ketika pihak majalah bilang ingin mewawancarai saya, saya menduga mereka akan menyeret saya ke Village Vanguard dan membunuh saya dengan mebuat saya mendengarkan CD music jazz.
Saya sebenarnya ingin menolak tawaran wawancara ini. Sejak mereka mengutarakan niatnya untuk membuat liputan tentang Gintama, saya sudah tidak menganggap majalah ini keren lagi. Tapi baru setelah menerima tawaran mereka, saya menyadari kalau kesan pertama saya salah.
Mungkin banyak juga orang lain di luar sana yang salah paham tentang Quick Japan, tapi kepada kalian semua, saya ingin bilang: orang-orang yang mengedit Quick Japan hanyalah para petani berambut berantakan. Selayaknya petani yang menanam wortel, mereka juga mencurahkan seluruh cinta dan kehangatannya untuk menciptakan Quick Japan. Jadi tidak masalah dan jangan malu jika kalian melihat-lihat isi majalah ini di toko buku. Dan untuk kalian yang alergi dengan segala hal yang trendi, jangan takut. Ambil majalah ini, bawa ke kasir, dan sekaligus beli Gintama sekalian ketika ada di sana. Bukan hal yang penting jika isinya menarik atau tidak. Anggap saja sebagai investasi 1500 yen. Gintama juga sama seperti Quick Japan. Setiap orang terlahir sebagai petani, dan sebagian dari mereka hanya suka menanam wortel saja. Jadi saya mohon dukungan kalian semua untuk Quick Japan dan Gintama.

Ok dengan ini selesai interview Quick Japan-nya.

Disqus Comments